Badung – Setiap kali tahun baru semakin dekat, Pesisir Pantai Kuta di Badung, Bali, sering kali menghadapi masalah yang cukup serius: banjir sampah yang datang dengan volume yang sangat besar. Fenomena ini biasanya beriringan dengan peningkatan curah hujan. Diperkirakan, setiap harinya, sekitar 20 ton sampah mencemari keindahan pantai tersebut.
Kumpulan sampah yang terdiri dari ranting, batang pohon, dan berbagai jenis plastik terlihat menumpuk di sepanjang garis pantai. Beberapa lokasi yang paling terdampak adalah Pantai Kuta, Legian, dan Seminyak, seperti yang dilaporkan pada Jumat (6/12/2024).
Menurut pengamatan detikBali, tim kebersihan telah mulai membersihkan area tersebut dari selatan hingga utara Pantai Kuta sejak pukul 07.00 Wita. Ombak yang terus menerjang membawa serta gulungan sampah yang mengganggu keindahan pasir putih di Kuta.
Di salah satu sudut Pantai Legian, terlihat tumpukan ranting pohon yang menggulung seperti bola sampah setinggi hampir 5 meter. Sampah-sampah ini direncanakan akan diangkut ke pusat daur ulang di Mengwi, Badung.
“Hujan ini membuat situasi semakin parah. Sampah ada di mana-mana, dan ini sangat tidak baik,” ungkap Hanna, seorang wisatawan asal Inggris yang sedang berlibur di Pantai Kuta, pada Jumat (6/12/2024).
Hal serupa dirasakan oleh Andre, seorang wisatawan dari Jogja, yang mengungkapkan keprihatinannya terhadap banyaknya sampah laut di Kuta. Dia menyadari bahwa kiriman sampah laut ini sulit untuk dihentikan.
“Petugas pantai harus bekerja ekstra agar sampah ini tidak mengganggu aktivitas wisata,” tambah Andre.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung melaporkan bahwa volume sampah laut yang terdampar di Pantai Kuta dapat mencapai 20 ton setiap hari. Jumlah ini biasanya meningkat lagi pada bulan Januari hingga Maret, saat musim angin muson barat mencapai puncaknya.
“Dalam sepekan terakhir, volume sampah laut mencapai 20 ton setiap harinya,” jelas Made Gede Dwipayana, Koordinator Deteksi Evakuasi Sampah Laut DLHK Badung.
Dwipayana menegaskan bahwa Pantai Kuta dan sekitarnya menjadi tempat pendaratan terakhir sampah laut menjelang akhir tahun dan awal tahun. Dinas terkait telah menyiapkan beberapa alat berat serta ratusan petugas kebersihan untuk mempercepat penanganan sampah laut.
“Sudah hampir seminggu sejak Kamis lalu kami menerima kiriman (sampah). Umumnya, lonjakan volume sampah ini mencapai puncaknya pada bulan Januari, dan situasi mulai kembali normal pada bulan April,” tutur Dwipayana.
Dia juga menambahkan, selama periode Januari hingga Maret, volume sampah per hari bisa meningkat dua kali lipat dari 20 ton. Sampah yang datang mayoritas terdiri dari ranting dan batang pohon besar.
Baca artikel selengkapnya di detikbali
(sym/sym)